Senin, April 21, 2008

Chip Mahal, CDMA Sulit Kejar GSM

Lambatnya perkembangan jumlah pengguna CDMA ternyata disebabkan oleh mahalnya chip perangkat teknologi tersebut. Bahkan hanya terdapat satu vendor yang memproduksinya.

"Vendor tersebut adalah Qualcomm dan mereka membandrol satu unit chip CDMA itu seharga USD30 hingga USD40. Hal inilah yang kemudian membuat vendor merasa berat untuk menjual handset CDMA karena otomatis harganya akan mahal," ujar pengamat telekomunikasi Mochammad S Hendrowijono saat berbincang di sela Telkomsel Drive Test menuju Bogor, Sabtu (19/4/2008).

Menurut Hendro, lisensi chip CDMA selama ini dimonopoli oleh Qualcomm karena memang mereka yang menemukan teknologinya. Hal ini secara tidak langsung cukup berperan pada penghambatan perkembangan CDMA. Berbeda dengan GSM. Meskipun teknologi GSM tergolong mahal namun handset pendukung teknologi ini cukup murah. Sedangkan CDMA, meski teknologinya tidak membutuhkan investasi mahal namun handset pendukung cukup mahal. Padahal peningkatan penetrasi sebuah teknologi telekomunikasi sangat bergantung pada affordabilitas perangkat pendukungnya oleh masyarakat.

"GSM dan CDMA itu ibaratnya open source dan proprietary. Yang satu bisa didapatkan dengan mudah dan yang lainnya sangat sulit. Dengan budget handset CDMA biasa, kita bisa mendapatkan handset GSM yang canggih," jelas Hendro.

Dengan kendala seperti ini Hendro sendiri tidak begitu yakin jika teknologi CDMA mampu mengejar ketertinggalannya dari GSM. Bahkan di Indonesia sekalipun. Kini perbandingan pelanggan GSM dan CDMA cukup jauh. Dari sekira 2 miliar pelanggan GSM di dunia, pelanggan CDMA hanya memiliki kontribusi kurang dari 20 persennya saja.

0 komentar: